Saturday, 11 July 2009

Cara Kerja Mesin Hemodialisa


Pada saat proses HD, darah akan dialirkan melalui saringan khusus (Dialiser) yang berfungsi menyaring sampah metabolisme dan air yang berlebih. Kemudian darah yang bersih akan dikembalikan ke dalam tubuh. Pengeluaran sampah dan air serta garam berlebih akan membantu tubuh mengontrol tekanan darah dan kandungan kimia tubuh jadi lebih seimbang. Setiap pasien HD diharuskan mematuhi jadwal cuci darahnya. Dalam seminggu biasanya pasien menjalani 2 kali cuci darah, masing-masing sekitar 4 jam. Namun adalakanya untuk kondisi tertentu, menjadi lebih dari 2 kali seminggu.

Dialiser (ginjal buatan)

Seperti inilah bentuk tipikal dari hollow fiber dializer. Di dalamnya terdapat serabut yang memungkinkan darah untuk lewat. Cairan dialisis, yang merupakan cairan pembersih dipompakan di antara serabut-serabut tersebut. Serabut tersebut memiliki lubang-lubang halus yang memungkinkan air dan sampah metabolisme terserap dalam cairan pembersih dan membawanya keluar.

Dialiser Reuse

Unit Renal kadang menggunakan dialiser yang sama lebih dari satu kali tindakan. Penggunaan dialiser berulang ini dinamakan reuse. Reuse merupakan tindakan yang aman yaitu proses membersihkan dialiser sesuai dengan standart prosedur yang telah teruji. Dialiser ini akan diuji kelayakannya terlebih dahulu sebelum digunakan dan hanya digunakan pada satu orang untuk satu dialiser. Sebelum tindakan cuci darah dilakukan, pastikan dialiser yang dipasang sesuai dengan nama pasien pemilik.

Cara Dialisis (Dialisat)

Cairan pencuci yang disebut dialisat, adalah cairan yang membantu mengeluarkan sampah dan kelebihan air dari tubuh. Cairan ini terdiri dari zat kimiawi yang membuatnya seperti spon. Dokter akan memberikan spesifikasi cairan yang sesuai dengan keadaan pasien.

Akses Jarum (Fistula)

Beberapa pasien berfikir, jarum adalah bagian paling menakutkan dari cuci darah. Kebanyakan pasien baru akan terbiasa dengannya setelah beberapa kali menjalani cuci darah. Bila pasien merasa acara penusukan terasa sangat menyakitkan, krim anestesi ataupun spray bisa digunakan untuk mengurangi rasa sakit tersebut.

Kebanyakan unit renal menggunakan dua jarum untuk memasukkan dan mengeluarakan darah. Memang ada juga jarum khusus yang bisa digunakan dengan dua bukaan, tapi jarum ini dianggap kurang efisien dan memerlukan waktu yang lebih lama.


Sumber: Buletin Bina Ginjal, Edisi 17, Tahun 2008


Transplantasi Ginjal

Pengantar:

Transplantasi Ginjal adalah salah satu alternatif untuk memperpanjang harapan hidup bagi penderita ginjal. Operasi yang saat ini menelan biaya minimal 150 juta rupiah tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya menuliskan posting ini mengutip dari buletin Sayang Ginjal untuk memberikan gambaran kepada para pembaca mengenai seluk beluk mengenai Transplantasi ini.


Transplantasi (cangkok) ginjal adalah prosedur pemasangan ginjal donor ke dalam tubuh seseorang (resipien) melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama (jika masih ada fungsinya) akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam tubuh.

Proses Transplantasi Ginjal

Dokter bedah akan meletakkan ginjal donor dalam perut sebelah bawah, kemudian menghubungkan pembuluh darah dan saluran kemih (ureter) ginjal baru tersebut ke pembuluh darah dan ureter resipien. Pasca operasi urin dapat langsung diproduksi, tetapi pada beberapa kondisi, produksi dapat terjadi setelah beberapa minggu.

Ginjal lama biasanya tidak diangkat, tetapi jika menyebabkan infeksi atau komplikasi lain, maka ginjal lama harus diangkat.


Persiapan Transplantasi

Ginjal baru dapat diperoleh dari donor yang baru saja meninggal (donor cadaver) atau dari donor hidup. Donor hidup bisa keluarga atau orang lain (biasanya pasangan atau teman). Jika pasien tidak memiliki donor hidup, akan dimasukkan ke dalam daftar tunggu untuk memperoleh ginjal dari donor cadaver.

Dokter akan mempertimbangkan tiga faktor untuk menentukan kesesuaian ginjal dengan penerima (resipien). Faktor tersebut akan menjadi tolak ukur untuk memperkirakan apakah sistem imun tubuh akan menerima atau menolak ginjal baru tersebut. Faktor tersebut adalah:

  1. Golongan Darah

Golongan darah resipien (A, B, AB atau O) harus sesuai dengan golongan darah donor. Faktor golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian yang paling penting.

  1. Human Leukocyte Antigens (HLAs)

Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari ibu dan 3 dari ayah. Antara anggota keluarga biasanya mempunyai HLAs yang sesuai. Resipien masih dapat menerima ginjal dari donor walaupun HLAs mereka tidak sepenuhnya sama, asal golongan darah cocok, dan tes lain tidak menunjukkan adanya ketidakcocokan.

  1. Uji silang antigen

Tes terakhir sebelum dilakukan transplantasi adalah uji silang antigen. Sejumlah kecil darah resipien dicampur dengan darah donor. Jika tidak terjadi reaksi, maka hasil uji disebut uji silang negatif, dan transplantasi dapat dilakukan.


Pembedahan atau transplantasi ginjal biasanya berlangsung 3 sampai 4 jam. Lama perawatan di rumah sakit biasanya selama satu minggu. Setelah keluar dari rumah sakit, resipien masih harus melakukan kontrol secara teratur untuk dipantau keberhasilan dari transplantasinya.

Bagi pendonor, waktu rawat yang dibutuhkan hampir sama dengan resipien. Walaupun demikian, karena teknik operasi untuk mengangkat ginjal donor sudah semakin maju, maka waktu rawat menjadi lebih pendek, mungkin 2 sampai 3 hari.


Komplikasi

Setelah transplantasi, dokter akan memberikan resipien obat imunosupresan, yang berguna untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu reaksi di mana sistem imun tubuh menyerang ginjal baru yang dicangkokkan. Obat imunosupresan ini biasanya harus diminum setiap hari. Kadang-kadang reaksi penolakan tetap terjadi walaupun penderita sudah meminum obat ini. Jika hal ini terjadi secara hebat, penderita kadang harus kembali menjalani dialysis, atau melakukan transplantasi ulang dengan ginjal lain.

Obat imunosupresan akan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mempermudah timbulnya infeksi. Beberapa jenis obat imunosupresan juga dapat mengubah penampilan. Wajah akan tampak lebih gemuk, berat badan bertambah, timbul jerawat, atau bulu di wajah. Tetapi tidak semua resipien mengalami gejala tersebut.

Selain itu imunosupresan juga dapat menyebabkan katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah tinggi dan penyakit tulang.


Keuntungan Transplantasi Ginjal

-Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal

-Penderita akan merasa lebih sehat dan ‘lebih normal’

-Penderita tidak perlu melakukan dialysis

-Penderita mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar


Kekurangan Transplantasi Ginjal

-Butuh proses pembedahan (operasi mayor)

-Proses untuk mendapatkan ginjal donor sulit atau memerlukan waktu lama

-Risiko penolakan terhadap ginjal yang dicangkokkan

-Penderita harus rutin minum obat penekan system imun (imunosupresan) yang mempunyai banyak efek samping.


Sumber: Buletin Sayang Ginjal vol.2, Juni 2008

Uluran Kasih Anda untuk Kehidupan

Memberikan bantuan 60.000 dan memungkinkan untuk menyumbang lebih dari 3.000.000


Saya baru saja mengikuti sebuah program, berdasarkan testimony yang saya baca, saya berpikir, tentu program ini bisa sangat membantu Ibu yang sedang mengupayakan kehidupan suaminya tersebut dan meringankan bebannya. Maka dari itu saya mengetuk hati teman-teman untuk turut menyumbangkan sedikit rejeki dan tenaga serta bergabung di www.asiabersama.com/?id=yuwanhalim


Anda diminta membayarkan 80 ribu rupiah untuk mengikuti program ini. Dana yang masuk melalui URL tersebut akan disalurkan sebanyak 60 ribu kepada Ibu Yuwan Halim, Ibu yang saya kisahkan di atas. Kenapa 60 ribu? Karena dana tersebut disalurkan pada Ibu Yuwan Halim 20 ribu, Ibu Dessy 20 ribu dan kepada saya 20 ribu. Serta 20 ribu kepada orang yang telah mengikuti program ini sebelum kami. Kami berdua (saya dan Ibu Dessy) sudah bersepakat untuk memberikan bagian kami untuk membantu Ibu Yuwan. Sehingga ketika Anda masuk dalam Program ini Anda telah membantu Ibu Yuwan sebanyak 60.000 dan berpotensi membantu beliau jauh lebih banyak dari 60ribu, bahkan hingga 3 juta atau lebih. Bayangkan jika dari 80ribu yang Anda ikhlaskan, Anda bisa membantu Ibu Yuwan untuk 2 minggu cuci darah, bahkan lebih, dan Anda hanya diharapkan untuk ikut mengajak teman-teman yang anda kenal untuk turut serta dalam program ini melalui URL yang Anda terima setelah Anda terdaftar. Masing-masing yang Anda ajak akan memberikan bantuan kepada Ibu Yuwan sebesar 20 ribu juga yang nantinya akan menghasilkan 3juta ataupun angka yang jauh lebih besar. Selain sumbangan tersebut, Anda sendiri juga akan menerima 20 ribu. Apa yang Anda terima adalah hak Anda untuk mengalokasikannya untuk Anda sendiri ataupun Anda ingin sumbangkan kepada orang lain.


Tulisan ini tidak bermaksud lain kecuali niat baik kami (Saya dan Ibu Dessy) untuk membantu Ibu Yuwan melalui penyebarluasan www.asiabersama.com/?id=yuwanhalim . Saya juga akan mempublikasikan jumlah yang telah disalurkan kepada ibu Yuwan melalui blog ini pula secara rutin minimal 1 bulan sekali.


Jika Anda tidak tertarik membantu Beliau melalui program ini, Anda bisa menyalurkan melalui rekening BCA Ibu Yuwan Halim yang akan saya kirimkan melalui email/message Anda di facebook, tolong beritahu saya jika Anda berminat.

Bantuan Anda, sekecil apapun dan dalam bentuk apapun pasti akan meringankan mereka yang sangat membutuhkan. Terima kasih untuk telah ikut menyumbangkan perhatian kepada sebuah perjuangan bagi kehidupan.


Berjuang Menghargai Kehidupan


Vonis dari dokter untuk menjalani cuci darah karena ginjal yang sudah rusak adalah berita yang sangat mengejutkan. Bayang-bayang akan ketergantungan pada alat pencuci darah itu langsung menyergap dan serasa putus asa membayangkan keadaan selanjutnya.
Ketergantungan pada alat cuci darah itu sudah dialami sang Ibu yang selama 7 tahun rajin menjalaninya dengan dukungan penuh dari bapak, anak-anak dan keinginan kuat untuk melihat cucu-cucu tumbuh dewasa. Itu adalah cerita hampir 20 tahun yang lalu, bagaimana seluruh anggota keluarga ini berjuang untuk kesehatan sang Ibu.

Dan kini, cerita itu bagaikan muncul kembali.
2,5 tahun yang lalu, vonis itu jatuh sekali lagi kepada salah seorang keturunan sang Ibu. Sekali lagi, sepasang organ tubuh anggota keluarga itu harus digantikan kinerjanya dengan sebuah mesin Hemodialisa. Setiap 2 kali seminggu. Seumur hidup.

Tidak ada yang mau memilih untuk sakit, tidak ada yang mau dihadapkan pada pilihan dan akhirnya memilih sakit, apalagi sakit ginjal. Jika ada tawaran untuk dihadapkan pada 2 kenyataan: membiarkan kondisi ginjal itu makin melemah hingga tidak bekerja dan menyelesaikan seluruh kehidupan sel-sel tubuh atau melakukan cuci darah secara rutin 2 kali seminggu (terkadang bisa lebih dari 2 kali seminggu) untuk menambah harapan hidup. Tidak ada yang mau memilih untuk menghadapi tawaran itu. Akan tetapi, tidak ada yang menawarkan, semua disodorkan begitu saja, tidak ada kata berkelit, dua pilihan yang paling mungkin itu sudah ada di depan mata. Bagai buah simalakama.

Selama beberapa waktu, pengobatan alternatif dilakukan, doa sambung menyambung dilantunkan untuk menjadi kuat, namun tak terelakkan, keputusan untuk cuci darah akhirnya diambil. Tidak ada orang yang mau kehilangan seorang suami tercinta, tidak ada yang mau membiarkan belahan jiwa menyerah begitu saja pada penyakit ini.

Perjuangan demi perjuangan dilakukan untuk menyambung kehidupan. Bukan saja habis seluruh perasaan melihat suami yang setiap seminggu 2 kali tergeletak selama 5 jam menggantungkan diri pada mesin hemodialisa. Seluruh tenaga, pikiran, akal dan upaya senantiasa dikerahkan untuk mempertahankan anugerah Tuhan yang terbesar, kehidupan.

Sebuah pengorbanan atas nama cinta. Karena cinta, sang Istri rela melakukan apa saja supaya mesin itu tetap berjalan. Dan sekali mesin itu berjalan 750 ribu adalah harga mati, bahkan angka 150-250ribu bisa otomatis ditambahkan untuk biaya obat yang juga harus dikonsumsi tiap minggu. (Bisa dibayangkan 750.000 x 2 x 5 minggu = 7,5 juta sebulan atau 750.000 x 2 x 52 minggu = 78.000.000 setahun) Minimal 78 juta sudah habis untuk biaya rutin, dengan penghasilan sebulan jauh di bawah angka itu, bisa dibayangkan butuh berapa banyak untuk menutup kekurangan itu. Dan bisa pula dibayangkan. Setiap uang yang dapat terkumpul untuk sekali cuci darah adalah berkat luar biasa, dan setelah cuci darah selesai, kembali degupan kencang dan kekawatiran menerjang, berpikir keras untuk mendapatkan lagi rupiah untuk menjalankan mesin itu 3 hari mendatang. Bantuan sudah berdatangan dari saudara-saudara, dari teman-teman dan kenalan yang berbaik hati meringankan biaya perawatan, namun tentu saja semua memiliki kebutuhan dan keterbatasan financial. Tak terhitung pula berapa banyak upaya dilakukan untuk mencari pinjaman. Apapun dilakukan dan terus akan dilakukan untuk mempertahankan sebuah kehidupan.

Kisah di atas adalah kisah tentang seorang Ibu yang saat ini berjuang untuk suaminya. Selama hampir 2,5 tahun suami ibu tersebut harus menjalani cuci darah 2 kali seminggu. Dan akan terus berlanjut, kecuali jika dilakukan transplantasi ginjal, yang jika berhasil, bisa menghilangkan ketergantungan akan mesin hemodialisa (biaya operasai tersebut minimal 150 juta).

Saya menceritakan hal ini untuk mengajak teman-teman ikut merasakan keadaan dan betapa beban yang harus ditanggung beliau. Keadaan yang tentu saja kita pun tidak akan pilih. Dan saya mengajak teman-teman yang berkenan, untuk memberikan bantuan bagi beliau, bantuan berupa doa, maupun bantuan financial, atau apapun yang bisa kita lakukan. Saya sendiri juga sudah kehabisan ide untuk membantu beliau, salah satu yang bisa saya pikirkan saat ini, yaitu meminta bantuan kepada teman-teman yang saya kenal, ataupun kepada yang belum saya kenal yang membaca tulisan ini.

Salah satu bantuan financial bisa disalurkan melalui program di www.asiabersama.com/?id=yuwanhalim penjelasan lebih rinci saya tulis di posting selanjutnya: Uluran Kasih Anda untuk Kehidupan.

Sunday, 28 June 2009

Kursus Patchwork KlubNova


Setelah lama memendam keinginan ikut kursus yang diselenggarakan Klub Nova, akhirnya kesampaian juga pada hari Jumat dan Sabtu kemarin (19-20 juni 2009). Dua hari tersebut saya ikut kursus Patchwork dan Quilt dengan pembawa materi Ibu Stephani Tjahjadi.

Dengan jumlah peserta yang lumayan banyak, sekitar 25an, setiap peserta mendapat bimbingan dari Ibu Stephani untuk membuat Tas Baby dengan teknik tusuk feston. “Wah, pas nih, besuk kalau bayinya sudah lahir, tasnya sudah jadi.” Begitu komentar beberapa teman dan Bu Fani ketika mengetahui aku sedang hamil 6 bulan. “Iya, sekalian belajar selimut bayi di kursus bulan depan.” Wah menarik juga pesan sponsor yang menyusul di belakang komentar-komentar teman-teman. Hehehe I wish I could… lihat aja deh bulan depan.Hehehe

Belajar membuat tas ini ternyata membutuhkan kesabaran dan tidak bisa disangkal membutuhkan waktu lama. Bayangkan saja, kami belajar mulai pukul 10 pagi sampai 16.30 di hari Jumat, kemudian hari Sabtu juga dengan waktu yang sama. Ternyata tas yang kami buat belum bisa selesai.... aduh sedih banget deh. Akhirnya kami pulang dengan membawa PR. Semoga saja tas yang satu ini cepet-cepet bisa aku selesaikan, berhubung pengalaman-pengalaman lalu, PR kerajinan begini selalu tertunda berminggu-minggu.


Berbekal panduan Bu Fani dan buku Patchwork karangan beliau serta diktat kursus kemarin, semoga tas-tas dan karya-karya yang lain bisa segera bermunculan....


After long time waiting for the opportunity to take courses held by Club Nova, finally i can join the course on Friday and Saturday (19-20 June 2009). It was two-day course about Patchwork and Quilt, making a Baby Bag and the tutor was Mrs. Stephani Tjahjadi .

It was a large class consist of about 25 participants, each participant got guidance from Mrs. Stephani to make Baby Bag with festoon techniques. "Wow, it's a right time to take this cource, when the baby is born, the bag is ready to use too." Some friends made a comment on me when they and Mrs. Fani knew that I was pregnant. "Yeah, you should take next month course too, learn how to make the baby blanket." Wow, it's an interesting offer to consider. Hehehe I wish I could... but... let us see next month


Learn to make bags is requires patience and can not be denied it took a long time to spend. Just imagine, we start learning at 10 am to 16:30 on Friday, and so did at Saturday. In fact we could not finish to make the bag .... It's so sad to realize that we went home with the unfinished bag. Hopefully, I could finish this bag as soon as possible, because in my experience, i delayed to finish my homework handicraft in some other weeks.

With the Patchwork books and Bu Fani Patchwork handout for my guidance, I hope other beautiful bags can appear soon ....